*TEKEN, TEKUN, TEKAN*

Teken-tekun-tekan adalah permainan kata dari leluhur
Jawa untuk menggambarkan bagaimana cara menjalani
hidup didunia.

Teken bermakna tongkat, panduan,
dalam menjalani hidup. Teken bisa juga dimaknai
sebagai agama atau ageman, pegangan yang dikukuhi
ketika menjalani hidup. Dalam ngelmu Tasawuf,

*teken berada di level syariat: seperangkat* *aturan, etika, untuk menjalani hidup.*
Teken bukanlah tujuan; ia hanyalah alat
untuk menuju cita-cita yang dikehendaki. Sejatinya setiap orang punya teken yang berbeda-beda sesuai
dengan kecocokan pribadinya.
Sayangnya, banyak yang
berhenti di level teken, bahkan menuhankan teken; selain
teken yang diagemnya, tidak ada lagi teken yang layak diagem.
.
*Ketika seseorang sudah mempunyai teken, ia mesti menapaki level selanjutnya, yaitu tekun*, menjalani dengan setia (istiqamah) dan penuh penghayatan melalui arahan teken.
Dalam ngelmu Tasawuf, *tekun berada di level tarekat, suluk, laku spiritual.*

Siapa saja yang tekun menjalani laku spiritual, ia pasti sampai pada tahapan selanjutnya, yaitu *tekan. “Sopo sing tekun bakal tekan*.
Siapa yang tekun bakal sampai.” Begitu
kata leluhur. Tiada kesetiaan yang sia-sia.
.
Tekan adalah buah yang akan dipetik para pejalan
spiritual yang tekun (penekno blimbing kuwi dalam
tembang Lir-Ilir). Dalam ngelmu Tasawuf, tekan berada pada level hakikat dan makrifat. Orang yang tekun berjalan dengan tekennya, tak peduli rintangan apa pun
yang dihadapinya dalam perjalanan (lunyu-lunyu yo
penekno dalam tembang Lir-Ilir), pasti akan mampu
mengetahui hakikat dari apa-apa yang terkandung di dalam dan di luar tekennya. Dan jika Gusti menghendaki,
ia akan diundang memasuki istana-Nya yang tak tergambarkan keindahannya (kanggo sebo mengko sore
dalam tembang Lir-Ilir). Ketika ia memasuki istana-Nya,
ia akan memperoleh karunia terbesar, yaitu melihat diri-
Nya sendiri dalam rupa yang gilang-gemilang: makrifat!

"KYAI NUR"

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dzikir pondasi TQN

Mandi taubat

KHODAM DZIKIR ADA 2