ada tahapan tingkatan orang beribadah
ada tahapan tingkatan orang beribadah:
tingkatan
1. abidin
2. mukhibbin
3. arifin
4. mukhlisin
5. mursyidin.
1. abidin, orang yang beribadah kepada Allah, tapi masih ada harapan di dalam ibadahnya, seperti orang yang jual beli, menjual barang ingin dapat laba lebih, beribadah tapi masih mengharapkan mendapatkan surga, atau tidak masuk neraka, atau ingin dzikir tapi masih mengharapkan suatu manfaat entah di dunia atau akherat. berdoa ingin di ijabah doanya.
ini tidaklah salah, jika orang menjalankan ibadah seperti itu, karena. memang tahapannya masih di situ. seperti anak TK, mau sekolah kalau di beri uang jajan lebih. ya itu tidak salah, sebab orang itu berproses, malah kalau bisa walau kelas rendah, tapi ringking satu.
misal dalam hal berdoa, inginnya kan berdoa dan mendapat ijabah dari Allah, maka lakukan amalaiyah sampai doa itu benar benar di ijabah oleh Allah, tidak gandol orang lain, tapi murni doamu sendiri di ijabah oleh Allah.
sampai yang lama di ijabah ke tataran doa di ijabh dalam hitungan hari, jam, bahkan dalam sekejap mata. bila doamu sudah di ijabah dalam sekejap mata, maka kemudian tumbuh keyakinan, makin di ijabah doa, makin kuat dan besar keyakinan tumbuh. karena sering di ijabah Allah, nafsu akan bergeser, seperti anak kecil yang sering di beri sesuatu, menjadi anak kecil yang cinta karena sering di beri.
begitu juga ketika Allah sering memberimu dari doa doamu, lantas timbul rasa cinta kepada Allah, maka awalnya yang doa dan ibadahmu karena keinginan nafsumu di turuti, bergeserlah ibadahmu menjadi karena cintamu kepada Allah. maka naiklah level mu menjadi orang yang beribadah karena cinta kepada Allah.
jika rasa cinta di batinmu itu menetap, maka level kedudukanmu berpindah dari abidin ke level muhibbin, orang yang beribadah karena cinta pada Allah.
2. mukhibbin.
orang yang beribadah berdasarkan rasa cinta, cinta kepada Allah, cinta yang tumbuh bukan sok sokan isapan jempol belaka, tapi cinta yang tumbuh dari melihat pemberian Allah padamu, bagaimana Allah memberikan apa yang kamu minta, setiap km berdoa, Allah ijabah doamu, Allah menjagamu dari segala macam bahaya, dan mengentaskanmu dari sembarang masalah, km merasa tak ada yang lebih sayang dari Allah, tak ada yang lebih perduli padamu melebihi Allah.
saat itu kamu sudah tidak inginkan kepentinganmu lagi dan tidak inginkan selain berbuat yang membuat Allah suka dan senang, seperti seorang lelaki jatuh hati pada perempuan, apa yang di sukai oleh perempuan yang di cintai, apa juga yang sebelumnya tak di sukai, maka demi yang di cintai, apapun itu akan di lakukan, dan apa yang di sukai sebelumnya demi perempuan yang di cintai membenci, maka sesuatu itu akan di tinggalkan demi orang yng di cintai.
begitu juga ketika jatuh hati pada Allah, maka apa yang di perintah Allah akan di laksanakan dengan sungguh sungguh, dan apa yang di larang Allah akan berusaha di tinggalkan, dalam hati hanya ada Allah. tidak ada yang lain.
ketika masuk dalam susana cinta, maka selain kekasih akan fana, hilang, musnah, tak di hiraukan, yang penting adalah yang di cintai.
umpama dunia ini milik berdua, yang lain ngontrak.
fokus ke Allah makin kuat, karena fokus terhadap kekasih yang di cintai.
seumpama seorang lelaki mencintai seorang gadis, kemudian di nikah lalu setelah menikah akan di bukakan semua pakaian gadis itu, dan gadis itu akan menyerahkan semuanya, terjadilah tak ada rahasia lagi antara keduanya.
ketika orang jatuh hati kepada Allah, dan tekun mentaati dan menjauhi semua yang di larang, selalu merasa talut salah di hadapan kekasih yang maha melihat, hati sangat takut untuk tak mengingat Allah, walau sekedip mata, lambat laun juga terbalas cinta hamba, Allah cinta pada hamba itu, ketika Allah cinta, maka akan di bukakan hijab penutup antara hamba dengan Allah, hijab hijab alam akan di bukakan, menunjukkan kecintaan Allah pada hamba.
ketika hijab hijab alam di buka, maka hamba akan melihat berbagai alam, awalnya akan timbul keheran heranan dan ketakjuban akan ciptaan Allah di berbagai alam, ya alam dunia, malakut, dan alam ruh dan alam akherat. ketika di bukakan alam alam itu maka timbulah pengetahuan hamba soal berbagai alam, pengetahuan ini di namakan makrifat, ketika meningkat pengetahuan pada hal hal yang bersifat halus, tak tersentuh panca indra dan hanya bisa di sentuh oleh rasa yang lembut.
sir dari sesuatu yang lembut itu, dan pengetahuan atas semua perbuatan Allah, di dalam perbuatan perbuatan Allah iti di ketahui betapa sangat amat detailnya Allah menciptakan semua dr jaman azali sampai sekarang ternyata saling berkaitan.
setelah di bukakan oleh Allah soal semuanya ini, baru dia merasa bahwa ternyata semua sudah di atur dan di rancang sedemikian detailnya. maka tau di sini di namakan makrifatullah, mengetahui segala perbuatan Allah dalam mengatur alam semesta.
ketika suasana hati orang itu menetap, dan tidak berubah ubah lagi, juga semakin kuat keimanan dan keyakinan, sementara orang itu tidak Berubah kecuali makin yakin dan yakin, keadaan yang menetap dari orang itu di namakan ma'rifat. karena tau dg apa yang di rancang Allah, maka di namakan ma'rifatullah.
3. maqom arifin.
maqom arifin atau orang orang yang beribadah karena sudah mencapai makrifatullah.
saya umpamakan, seorang lelaku yang mencintai wanita, mencintai karena segala macam kebaikan dan kecantikan yang ada di diri wanita itu, segala yang bisa di lihat dan bisa di raba, semua menjadikan lelaki itu cinta, tetapi setelah mengenal wanita itu dan semua yang di lihat dan di raba itu tak kekal, lalu ada di diri wanita itu yang tidak bisa di ungkapkan lewat kata, dan apa yang di urai lewat cerita, sesuatu yang ada di diri wanita itu yang tidak ada di diri wanita manapun, yang menyebabkan cinta lelaki itu kekal.
begitu cinta ahli ibadah yang sudah masuk ke dalam hadrotillah, alam alam yng di ciptakan Allah, yang di tunjukkan Allah itu juga berbagai ilmu pengetahuan tentang Allah itu musnah, fana, lebur, karena semua itu hujab untuk mengenal Allah, lalu abid itu mendapati ketakjuban tentang Allah, yang tak bisa di urai dengan kata kata apapun, dan tdk bisa di urai dengan penjelasan apapun, karena jika di jelaskan maka akan menjadi alam lagi gubahan manusia, bukan lagi hakikatnya Allah, Allah tak butuh nama nama dan segala macam julukan karena semua itu dari lisan manusia, Allah wahdah, sendiri dan kesendiriannya tak butuh sembarang penjelasan untuk mendukung kesendiriannya Allah. ilmu, alam, harapan, sifat, nama, semua adalah hijab tutup untuk bagi orang yang lemah akal sehingga butuh penjelasan, makin lemah akal seseorang, makin banyak penjelasan harus di uraikan. dan orang yang arif billah itu Allah yang manarik orang itu masuk dalam suasana yang bukan alam atau ciptaan.
Al-Arif billah adalah orang yang dengan tauhid, kepercayaan, tawakal, dan kepasarahannya kepada Allah mencapai derajat di mana kehendak-kehendaknya fana dalam kehendak/iradah-Nya, sebab-sebab atau alasan lenyap di bawah kuasa-Nya, dan semua yang tampak meleleh pada cahaya terang penyaksian-Nya. Tetapi pengertiannya tidak seperti yang kita sangka selama ini di mana al-arif billah terputus dari dunia, lalu menjalin dengan alam lain. Al-arif billah tetap berhubungan dengan dunia berinteraksi makhluk-Nya sebagaimana manusia lainnya. Ia tetap berhubungan dengan mereka seperti sebelumnya. Tetapi ketika berinteraksi dengan dunia dan sebab-sebab duniawi, ia tak melihat dirinya selain bersama dengan Allah. Ketika menangani masalahnya dengan orang lain dan beraktivitas di tengah publik dalam soal kemasyarakatan dan masalah lainnya, ia hanya menyadari bahwa ia berinteraksi bersama Allah. Al-arif billah itu seperti yang dikatakan para sufi, ‘Arasy dan bumiku ada pada satu waktu. Arasyku bersama Allah dalam perasaan dan batin. Tetapi bumiku bersama manusia dalam muamalah dan lahiriyah.’ Hal ini diungkapkan sangat baik oleh atsar dari Sayyidina Abu Bakar As-Shiddiq perihal dirinya sendiri, ‘Tiada sesuatu yang kulihat selain kulihat Allah bersamanya, sebelum, dan sesudahnya.’ Kondisi ini juga diungkapkan oleh Imam Fakhruddin Ar-Razi, ‘Hendaklah kamu bersama mereka secara lahiriyah, tetapi batinmu bersama Allah.’ Inilah maqam suluk tertinggi kepada Allah setelah maqam kenabian,”
4. maqom ikhlas, setelah seseorang masuk ke dalam arif billah, lebur fana, hilang, juga hilang kata ma'rifat, ma'rifat itu juga bukan Allah, ma'rifat itu juga hijab, sebab menjadi jarak antara hamba dengan Allah, Allah menarik, hamba ke dalam Allah, sebagaimana rasulullah mi'roj ke sidrotul muntaha, hamba masuk ke dalam Allah, hilang hamba dalam kemutlakan masa kekal, keluar dari masa penciptaan baru, ketika hamba keluar dari Allah, maka tidak bisa apapun penjelasan mewakili pertemuan dengan Allah di suasanya yang kekal tak ada masa awal dan masa akhir. kepahaman hanya di rasakan oleh hamba, kejadian itu merubah hamba, menjadi sudah lagi hilang tujuan, karena sudah sampai pada yang di puncak yang di tuju.
hamba sudah berubah tidak ada tujuan beramal, dan sudah tidak ada lagi rasa memiliki amal, ibadah, semua adalah hak zat yang mutlak wujudnya, merasa semua amal jadi milik Allah, ketika jadi hamba sudah melewati maqom ikhlas, ikhlas itu bersih, orang yang berharap bersih amalnya dari penyakit, adalah orang yang belum bersih atau belum ikhlas, kalau sudah melewati maqom ikhlas, maka ikhlas itu sudah bukan lagi tujuan, seperti orang yang sudah meneguk air bersih maka sudah tidak berharap air itu bersih, yng mengharap air itu bersih karena airnya masih kotor, orang yang sudah masuk ke dalam baqo'billah kekal bersama Allah, maka sudah tidak amalnya adalah amal dirinya sendiri, tapi amal yang di lakukan itu adalah amalnya Allah, makanya sudah tidak berusaha amal itu ikhlas atau tidak, karena sudah tidak melihat lagi dengan amalnya.
#kyai nur#
Komentar
Posting Komentar